Minggu, 13 September 2020

kalimat "be ur self" sebagai tameng prilaku "semau gue, sukasuka gua"

 


Di 2020 ini sepertinya tahun yang banyak membuat galau seseorang, atau mungkin menampakkan wajah asli seseorang yang selama ini dia pendam. 

Entahlah, beberapa hari belakangan, saya menemukan beberapa teman saya yang lepas jilbab. 

Sebenarnya adalah HAK dia mau lepas atau tidak, tapi adalah penting bagi saya untuk mengambil pelajaran. 

Siklus teman saya yang buka jilbab ini rata2 hampir sama semua, langkah pertama adalah posting di sosial media dengan foto doang, kolom komen di tutup. Kalaupun kolom komen ga di tutup, semua komen yang masuk ga di bls (cek ombak kali ya), lalu besok2nya membuka pertanyaan terbuka bagi siapa saja yang ingin bertanya terkait dengan foto yang di post (pede juga ya, berasa terkenal, siap ada yang nanya2 😂), lalu besok2nya memulai "pembelaan diri" dengan ditutup ucapan terima kasih karena banyak yang mendukung 😂😂 (sampe apal lama2 sama siklus yang dipake) (entah beneran di dukung atau sekedar bikin hati adem aja ya ga tau yaaa....).


Semenjak rame bangga banggan di media sosial "be ur self" memang seakan banyak makin orang yang berani membuka siapa dirinya dan apa yang membuatnya nyaman. contoh saja, di kalangan penyuka sesama. Di 2020 kayaknya semua berlomba2 menunjukan "ini loh gue", "gue kayak gini, klo lu ga suka, ya udah. Bye!"


Dan berlaku juga sampai kepada temen saya yang lepas jilbab ini. 

Dengan bangganya bilang "inilah aku yang sebenarnya. Aku nyaman dengan penampilan baruku", seolah2 yang kemarin2 berasa terkukung di dalam penjara 😂

pertanyaan saya kemudian adalah, "orang jaman skg, klo melanggar norma, kok bangga ya?"

😂😂 Dengan pake kalimat "inilah aku yang otentik" , " be ur self" , dll, seolah yang patuh terhadap aturan agama itu sesuatu hal yang penuh kepalsuan , terkungkung idupnya oleh doktrin Tuhan, dan bodoh karena percaya sesuatu yang ngga keliatan 😅😅😅

Ga usah make dalil deh, pake aja logika, bahwa Sebenarnya kalau dia memahami hakikat manusia, ya harus sadar, bahwa hidup dimana dan kapanpun, selama bernafas, maka akan ada aturan yang mengikat, baik negara ataupun agama. 

Kalau ga mau ada aturan dalam hidup, maunya bebas "semau gua", "suka suka gua", mending atheis sekalian (karena semua agama pasti punya atuaran) dan hidup aja di mars (😂😂 semoga di mars ngga ada aturan yaaah...kan belum punya sistem pemerintahan). Dari pada hidup dg aturan dan merasa terkukung.

Terus kalau aturan seolah ngga berpihak sama dia, merasa dunia ini ga adil, dan penuh drama,  😆😆😆😆

Yakali semua aturan pengen kayak mau nya dia 😝😝😝 


Akhir kata, be ur self Gaeeees. Tapi ingat, ngga ada manusia yang bebas dengan be ur self pilihannya. Semuanya adalah pilihan2 yang pasti ada pertanggung jawabannya. So, dewasalah dalam memilih. Selalu libatkan Tuhan dalam semua perjalanan pilihan hidupmu. Karena hidup bukan hanya di dunia saja. Hidup di dunia hanyalah sebentar, permainan dan senda gurauan belaka. 


Sesungguhnya menulis ini, adalah pengingat untuk diri sendiri jua. 









0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2015 dinART (dinar's ART) ^_^